Wednesday, February 14, 2007

Disturbing Silent Voice



23:11 19/11/2006

"Disturbing Silent Voice"

turbulensi waktu, ia mengajakku berkelana melewati rimba hidup dengan sejuta misteri terhampas luas didalamnya.

aku terjebak dalam kekokohan pasir hisap, ketikanya aku memberontak maka makin cepatlah aku tenggelam. ia menelanku, bulat-bulat, tanpa pamrih dan tendensi. aku tidak bisa lari. aku tidak punya pilihan. aku terdiam. aku tak berucap. aku terdiam. aku menjerit. aku terdiam.

jasadku berdiri di hadapanku. lalu siapa aku? haruskan aku berkenalan dengan diriku? kembali berpacaran dengannya? haruskah?

aku mau pergi tapi kakiku tertancap seperti pasak. dia tidak akan tahu. dia tidak akan tahu.

aku bercermin di atas kubangan air keruh. aku melihat wajahku. bersemu seperti air keruh. setiap hari hanya itu yang kulakukan sejak aku bangun dari tidurku.

ketika matahari mengganti tahtanya, aku berkubang. berkubang dengan kegelapan yang semakin menjadi. setitik cahayanya pun tak kutemukan, atau aku pura - pura buta? atau memang aku tidak melihatnya? jangan - jangan ia memang ada, tapi tunggu! aku melihatnya, ah tidak! itu cuma kamuflase ternyata. kamuflase yang nyata.

ha ha ha! telingaku berdenging. ada suara lambat memanggil namaku. tapi aku tak mendengarnya. yang aku tahu hanya ada suara berdenging di telingaku. dan suara apa itu? suara kematiankah? kalau iya segera jawab! aku ingin kau segera menjemputku..

aku tidak ada dalam lingga, lingga akhir hidup. aku tidak mati. aku juga tidak hidup. aku gentayangan. siapa yang aku gentayangi? aku, aku menggentayangi diriku sendiri. semuanya tampak berputar-putar, seperti pusaran air, pusaran angin, pusaran waktu, dan pusaran-pusaran lainnya. chaos!

ah..tak semudah itu rupanya. inikah karma yang harus aku jalani seumur hidupku? aku berada pada sebuah titik klimaks tanpa tahu apa antiklimaksnya. haruskah aku menyerah pada keadaan yang jelas-jelas tak memihak padaku? Tidak...tidak...aku tak semenderita itu, ini hanya satu bentuk kegiatan hiperbolistik yang berlebihan, tapi kuanggap itu perlu.

wajah itu, wajah yang tak akan pernah lekang dalam memori terbatasku. wajah itu yang membunuhku perlahan-lahan...sangat perlahan...p..p..p..eee..ee...eee..eerr...laaa...aaaahhaa....aannn...nnnn....hingga aku tak merasa bahwa sebetulnya sekarang aku tlah mati. baru aku tahu, ooohh...ternyata itulah sebabnya, itulah sebabnya mengapa aku bisa menyaksikan jasadku sendiri berdiri di hadapanku tertawa ala monalisa maha karya da vinci. apa aku bisa dijadikan maha karya juga? baguslah! jadi semua orang bisa mengenangku dengan cara da vinci juga. jadi aku tak mati sia-sia. paling tidak aku masih bisa jadi bahan lelucon bagi orang-orang yang masih hidup. tertawa saja! tertawa saja sepuasnya! kalian tidak akan tahu rasanya ketika kalian sudah menjadi aku!

pada akhirnya aku hanya bisa menanti...

menanti sesuatu, seseorang, atau apalah itu dalam bentuk apapun yang bisa membantuku menggulung pita-pita kusut ini, aku mau melihatnya lagi.

jadi cepatlah datang

No comments: